SHALAT DAN KESEHATAN MENTAL

PENDAHULUAN
Berbagai pengalaman kita lalui dalam kehidupn beragama. Ada orang yang sejak kecil taat beragama, sampai dewasa ketaatan beragamanya tidak berubah, bahkan meningkat. Sebaliknya ada pula orang yang ketatannya melaksanakan ibadah berkurang setelah ia mengalami kemajuan di bidang jabatan dan materi. Ada orang yang semakin tinggi pangkatnya, semakin rajin shalatnya, sebaliknya ada orang yang menghentikan shalatnya karena mengalami kekecewaan dalam hidupnya.
Berapa banyak orang yang kehilangan makna hidup, sampai akhirnya orang tersebut mencari jalan untuk melepaskan diri dari ketakutan, kebingungan, kesedihan dan kekecewaan. Kalau saja mereka mau mendengar seruan Allah untuk sabar dan shalat sebagai penolong, tentunya orang tersebut akan menemui apa yang dicarinya.
Untuk membantu manusia dalam menghadapi dirinya yang sedang menghadapi berbagai masalah itu, maka Allah menyuruh kita shalat, disamping kita harus bersabar.
Dengan shalat manusia tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia tidak melihat Allah, namun ia sadar bahwa Allah senantiasa bersamanya dan selalu menjadi penolongnya. Dengan kondisi keijiwaan seperti itu ia mampu mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan berdoa memohon dan mengadu kepada Allah.
Dengan analisis kejiwaan demikian dapat kita pahami bagaimana berperannya sabar dan shalat dalam diri mannusia, sehingga benar-benar dapat menjadi penolong dalam menentramkan batin dan menjadi penolong dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Kami, pemakalah akan menjelaskan lebih lajut mengenai shalat dan hubungannya terhadap kesehatan mental.





SHALAT DAN KESEHATAN MENTAL
A. Hubungan Antara Shalat dan Kesehatan Mental
Apabila shalat wajib yang lima waktu kita tinjau dari segi kesehatan mental, maka akan dapat kita pahami mengapa shalat itu diwajibkan Allah dan apa sebab mengapa jumlahnya lima kali dalam shari semalam, mengapa waktu bagi masing-masingnya ditentukan pula dan tidak boleh didahului dan tidak boleh dilampaui.
Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah didalamnya. Kalau kita pelajari al-qur’an dan as-sunnah maka akan kita temukan pennjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan shalat, diantaranya yaitu pengaruh pelaksanaan terhadap kesehatan mental manusia.
Dalam shalat terjadi hubungan rohani atau spiritual antara manusia dengan Allah. Dalam aksi spiritualisasi islam, shalat dipandang sebagai munajat (berdoa dalam hati dengan khusu’) kepada Allah. Orang yang sedang shalat, dalam melakukan munajat, tidak merasa sendiri. Ia merasa seolah-olah berhadapan dengan Allah, serta didengar dan diperhatikan munajatnya. Suasana spiritualitas shalat yang demikian, dapat menolong orang mengungkapkan segala perasaan, keluhan dan permasalahannya kepada Allah. Dengan suasana shalat yang khusu’ itu pula orang memperoleh ketenangan jiwa (annafsul muthmainnah) karena merasa diri dekat dengan Allah dan meperoleh ampunannya.
Bagi manusia yang melaksanakan shalat wajib secara terus menerus dan melaksanakan shalat sunnah secara rajin. Dan semua shalat itu dilaksanakan secara khusu’ maka nilai-nilai kesehatan mental yang terkandung didalam ibadah shalat tersebut akan berpengaruh pada dirinya. Nilai-nilai kesehatan mental yang terdapat dalam ibadah shalat tersebut tertuang dalam bentuk fungsi shalat sebagai pengobat (curative), pencegah (preventive), pembina (constructive), dalam kesehatan mental.
a) Shalat sebagai obat bagi gangguan jiwa
Satu hal yang disebutkan dalam sebuah hadits, berkaitan erat dengan perawatan kejiwaan, yaitu orang yang melaksanakan shalat dengan baik, wudhunya sempurna, dilaksanakan tepat pada waktunya dan terpenuhi semua rukun dan syaratnya disertai dengan khusu’, maka Allah akan memberikan ampunan kepada orang tersebut. Dalam pandangan ahli jiwa, ampunan terhadap dosa dan kesalahan merupakan obat bagi gangguan kejiwaan, karena salah satu penyebab gangguan kejiwaan adalah merasa bersalah atau berdosa. Orang akan tergoncang jiwanya apabila ia merasa bersalah dan berdosa kepada Tuhan.
Jadi dapat dikatakan bahwa shalat merupakan sarana pengobatan kejiwaan atau mempunyai fungsi kuratif terhadap penyakit dan gangguan kejiwaan.
Dalam melaksanakan shalat sebagai obat atau pengobatan kejiwaan, tentu saja shalat itu dilaksanakan dengan dasar iman dan keyakinan akan kebenaran sifat-sifat Allah, terutama sifat yang sangat diperlukan oleh orang yang sedang mengharap dan mencari tempat mengeluh, mengadu dan mengungkapkan perasaan.
Dalam perawatan dan pengobatan gangguan jiwa, terjadi dialog antara penderita dan konsultan. Penderita mengungkapkan perasaan, keluhan dan permasalahannya kepada konsultan, konsutan mendengarkan, memahami, dan memperhatikan perasaannya serta menerimanya. Dengan cara demikian, penderita merasa lega dan merasa tenang karena seluruh perasaan yang menggelisahkan sudah dapat diungapkan. Dengan pertemuan beberapa kali, penderita mengalami kesembuhan.
Apabila shalat wajib kita tinjau dari kesehatan mental maka akan dapat kita pahami bahwa shalat wajib mempunyai hikmah sebagai pengobat bagi mausia yang terganggu jiwanya, baik itu yang berkenaan dengan ketegangan emosi dengan pengaruhnya sampai pada tahap psikosomatik.
Penyebab terjadinya gangguan dan penyakit jiwa adalah karena tekanan perasaan dan konflik-konflik batin yang tidak terselesaikan yang menyebabkan terganggunya kesehatan jiwanya, misalnya karena banyaknya rintangan-rintangan atau problem-problem dalam rangka mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia baik secara fisik atau psikis.
Ibadah shalat didalamnya terdapat bacaan-bacaan atau gerakan-gerakan shalat. Bacaan-bacaan shalat semuanya merupakan doa dan dzikir yang berisi ucapan-ucapan mulia dan indah yang mengandung pujian dan sanjungan kepada Allah sebagai pencipta dan juga bacaan-bacaan shalat berisi permohonan manusia akan hajatnya dalam kehidupan di dunia dan akhirat.
Permohonan manusia akan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya atau hajatnya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dimohonkan kepada Allah lewat pelaksanaan shalat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mukminun: 60 dan surat al-Baqarah: 186.
    •  •    
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”(QS. AL-Mu’minun: 60)
                   
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah 186)
Dengan shalat manusia berdoa menyerahkan diri kepadaNya. Hal ini akan membantu dalam meredakan ketegangan emosi manusia, karena seorang mu’min mempunyai keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan do’anya dan memecahkan problem-problemnya, memenuhi berbagai macam kebutuhannya dan membebaskan diri dari kegelisahan dan kerisauan yang menimpanya.
Menghadap kepada Allah melalui shalat dan beroda kepadaNya dengan harapan dikabulkan akan menimbulkan otosugesti yang akan meredakan ketegangan emosi dan kegoncangan jiwa yang terjadi pada manusia.
Ibadah shalat mengantarkan pada hasil yang dicapai psikoterapi yang berhasil. Sebab perasaan aman, tentram dan lepas dari ketegangan emosi telah terkondisikan pada dirinya, keadaan tersebut membantu membebaskan manusia yang sebelumnya terganggu kesehatan mentalnya yaitu mengalami ketegangan emosi dan sampai tindak lanjunya yaitu psikosomatik menjadi tenang, tentram dan terbebas dari gangguan psikis dan fisiologis.
Ketegangan emosi itu terjadi karena ketidakmampuan manusia untuk menghadapi dan memecahkan konflik-konflik psikisnya. Padahal konfllik psikis menguras banyak tenaga psikis manusia. Sehingga akhirnya sangat mempengaruhi berbagai aspek/ sendi stabilitas manusia, mempengaruhi emosi, kesehatan dan mengakibatkan terhambatnya aktualisasi kemampuan dan potensi manusia.
Ibadah shalat yang dilaksanakan ada yang wajib dan sunnah. Shalat wajib dalam kesehatan mental fungsinya sebagai pondasi yang menjadi dasar dalam proses penyembuhan bagi manusia yang terganggu kesehatan mentalnya. Selain ibadah shalat wajib, ada shalat sunnah. Dan macam shalat sunnah itu antara lain adalah shalat sunnah wudhu, rawatib, tahajjud, hajat, istikhoroh, taubat, duha, dan lain-lain. Dan dalam bacaan shalat sunnah tersebut teradapat didalamnya spesikfikasi permohonan sesuai dengan kebutuhan manusia dan Allah men-sunnahkan manusia untuk melaksanakannya, melaksanakan shalat sunnah tersebut membantu manusia untuk terkabulnya permohonan manusia, yaitu dengan mendapatkan Rahmat, Hidayah, dan InayahNya. Dan pada hakekatnya permohonan manusia itu telah terkandung dan termohonkan pada bacaan shalat wajib.
Dengan pelaksanaan ibadah shalat maka secara berlahan tapi pasti bagi manusia yang terganggu kesehatan mentalnya akan mengalami proses penyembuhan dan tergantikan dengan perasaan tenang, tentram, dan merasa terkabulya doa dan mendapatkan Rahmat, Hidayah, dan InayahNya. Kondisi yang tenang dan tentram kemudian mewarnai kehidupannya. Peumpukkan perasaan yang mengakibatkan ketegangan emosi sampai pada tahap psikosomatik itu hilang berganti dengan kehidupan penuh semangat, sehingga dapat mengaktualisasikan kemampuan dan potensi yang dimilikinya dalam berbagai aspek kehidupan.
b) Shalat sebagai pencegahan terhadap gangguan kejiwaan
Manusia dalam kehidupannya selalu menghadapi berbagai macam problem dan cobaan hidup, hal yang tidak menyenangkan selalu terjadi. Dan dengan melaksanakan shalat lima waktu dengan khusu’ dan dilaksanakan secara terus menerus maka dapat dihindari perasaan yang tidak mengenakkan di hati, karena manusia selalu mengungkapkannya lima kali sehari melalui ibadah shalat dengan keyakinan bahwa pengungkapannya langsung didengar, dipahami dan diperhatikan oleh Allah karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sedangkan bagi orang yang rajin shalat sunnah, akan merasakan ketenangan dan ketntraman batin yang lebih karena intensitas pengungkapan perasaan dan permohonan manusia dilakukan lebih sering, lebih dari lima kali sehari.
Pada saat seseorang sedang shalat, maka seluruh alam fikiran dan perasaannya terlepas dari semua urusan dunia yang membuat dirinya stress. Sesaat jiwanya tenang, ada kedamaian dalam hatinya. Hal ini sejalan dengan pendapat para pakar stress yang menganjurkan orang agar memluk agama, menghayati dan mengamalkannya agar memperoleh ketenangan. Dan setiap harinya harus meluangkan waktu untuk menenankan diri, karena dengan ketenangan hati yang diperolehnya setiap hari berarti kekebalan dirinya terhadap berbagai stress atau gangguan kejiwaan dapat ditingkatkan.
Sekarang timbul pertanyaan: “apa hikmah yang terkandung dalam kewajiban shalat pada waktu yang telah ditetapkan tidak boleh didahului, ditunda, atau digabungkan?”
Jawaban terhadap pertanyaan ini sangat penting agar seorang muslim mau melaksanakan shalat pada waktunya dan tidak meremehkannya.
Lewat analisis kejiwaan bahwa shalat wajib yang lima waktu itu mempunyai fungsi pengobatan atau fungsi kuratif terhadap gangguan kejiwaan. Maka kita temukan fungsi kejiwaan lainnya bagi shalat wajib yang harus dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan.
Shalat subuh dan maknanya bagi pencegahan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan (fungsi preventive)
Pada waktu subuh batin orang yang bangun tidur itu masih lega, belum menghadapi persoalan, belum ada yang dikeluh kesahkan. Maka dalam memasuki hari itu, setiap orang ingin merasa terjamin ketentraman dan kemanan hidupnya sepanjang hari nanti. Untuk itulah ia perlu memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar ia selamat dan tidak terganggu dalam menjalani tugasnya selama satu hari nanti.
Allah mewajibkan shalat subuh karena dengan shaat itu hubungan batinnya dengan Allah akan diperkuat, ia ingat bahwa Allah maha penyayang, Allah dekat dan senantiasa melindungi. Dengan demikian hati mereka merasa tenram dan aman dalam perjalanan hidupnya hari itu. Dengan rasa aman dan lega itu, daya pikir akan dapat digunakan untuk melaksanakan tugas dengan baik, apakah belajar, bekerja atau mencari pekerjaan. Maka orang yang telah melaksanakan shalat secara baik akan menghadapi tugasnya dengan optimis dan gembira.
Shalat dzuhur dan maknanya bagi pencegahan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan (fungsi preventive)
Setiap muslim yang melakukan shalat dengan perasaan lega dan optimis menghadapi tugas dan pekerjaannya dipagi hari. Kendati pun ia telah memulai pekerjaannya dengan senang hati, namun kadang-kadang terjadi pula hambatan, rintangan yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Rencana dan pembagian waktu yang telah direncanakan untuk menghadapi pekerjaan sehari itu terganggu.
Menurut perhitungan kejiwaan, bila perasaan tidak tenang dan pikiran penuh dengan berbagai masalah yang tidak terselesaikan, maka daya pikir akan menurun atau bahkan mungkin tidak bekerja. Sedangkan apabila orang tersebut mengalami masalah-masalah yang agak menyakitkan, menggelisahkan dan mencemaskan, maka semua itu tidak dapat hilang hanya dengan istirahat siang selama 1 jam yang diberikan kantor. Hal tersebut harus di atasi dengan pelegaan batin yang dapat dilakukan dengan shalat dzuhur.
Inilah barangkali hikmahya mengapa shalat dzuhur itu wajib dan tidak boleh ditunda sampai terlewat waktunya. Seseorang yang lelah bekerja dan menghadapi berbagai hal yang mengganggu sejak pagi akan merasa agak segar apabila bersuci dan berwudhu. Sedangkan pelaksanaan shalat dzuhur akan memberikan kelegaan dan ketentraman seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Shalat ashar dan maknanya bagi pencegahan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan (fungsi preventive)
Kemampuan jasmani beraktivitas atau bekerja pada waktu siang hari dalam keadaan panas, memang tidak sekuat pagi hari lagi. Kesegaran jasmani menurun, kemampuan berfikir agak berkurang, sebaliknya emosi mudah terangsang.
Oleh karena itu mausia diwajibkan kembali shalat, yaitu shalat asar dan menghadap kembali pada Allah, untuk memohon ampun, berdoa dan mengadukan perasaan yang tidak menyenangkan. Dari sana dapat kita lihat bahwa fungsi sholat asar sebagai pencegah gangguan kejiwaan adalah dengan sholat asar, syaraf-syaraf dan otot-otot yang tegang karena bekerja di waktu siang hari dapat kembali regang dan rileks. Sehingga dengan begitu, kondisi fisik dan psikis manusia tetap terjaga.
Shalat maghrib dan maknanya bagi pencegahan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan (fungsi preventive)
Pada waktu pergantian siang dan malam, yang kadang-kadang mencekam jiwa, terutama bagi mereka yang merasa kurang berhasil mengerjakan tugasnya. Setelah matahari terbenam, azan magrib bekumandang. Rupanya Allah memberi kesempatan bahkan mewajibkan kepada manusia untuk menghadap kepadaNya guna menunaikan kewajiban pemersihan diri dari berbagai masalah yang menyesakkan dada, serta memohon ampun atas kekhilafan dan kesalahan dalam perjalanan hidup seharian tadi, dan selanjutnya bersyukur atas segala keberhasilan yang dicapainya pada hari itu.
Dengan demikian terlepaslah dirinya dari berbagai macam hal yang mengganggu perasaan, dan ini jelas merupakan pencegahan terhadap gangguan kejiwaan.
Shalat isya dan maknanya bagi pencegahan terhadap gangguan dan penyakit kejiwaan (fungsi preventive)
Agar tidur nyenyak, mohonlah perlindungan kepada Allah agar dijaga Nya selama tidur. Buatlah perhitungan terhadap pekerjaan sehari tadi, mulai dari bangun tidur sampai kepada malam menjelang tidur kembali. Inilah tempat kita muhasabah diri dan introspeksi diri. Sehingga jika ada keberhasilan, kita dapat bersyukur, dan apabila banyak hal yang belum tercapai kita mohonkan kepada Allah jalan keluarnya. Hal ini dilakukan agar hati menjadi tenang dan semua anggota tubuh serta pikiran dapat beristirahat secara maksimal.
c) Fungsi ibadah shalat sebagai Pembina kesehatan jiwa.
Sebagai pembina kesehatan jiwa manusia, shalat mempunyai manfaat memperkuat mental dan menambah kesehatan jiwa. Karena pendekatan kepada Allah lebih ditingkatkan dengan kesadaran dan kemauan untuk lebih banyak memperoleh kesempatan untuk menentramkan batin manusia.
Kalau kesehatan jasmani dapat diperbandingkan dengan kesehatan jiwa yaitu dalam makan ada yang disebut empat sehat lima sempurna maka dapat ditujukan shalat wajib merupakan pokok-pokok yang menjamin terciptanya kesehatan jiwa dan shalat sunnah mempunyai pengaruh untuk menambah kuatnya mental manusia.
B. Shalat Sunnah Meningkatkan Kegairahan Hidup
Suatu keadaan jiwa yang mencekam dalam hidup adalah ketika gairah untuk bekerja, belajar atau beraktivitas apapun hilang dalam diri seseorang.
Yang menyebabkan seseorang mengalami hal tersebut adalah penjang angan-angan dan sedikit yang dapat dicapai. Dia merasa kecewa. Dan kekecewaannya itupun dihadapkannya pula kepada Allah dengan cara malas melaksanakan shalat. Oleh sebab itu, untuk mengatasi penyakit mental sepert itu, Allah memerintahkan kita untuk semakin mendekat kepadaNya. Yaitu dengan memperbanyak shalat sunnah.
Adapun pengaruh sholat sunnah terhadap kesehatan mental seseorang adalah:
a. Sholat sunnah rawatib
Shalat sunnah rawatib yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat wajib mempunyai manfaat pembinaan yang memperkuat mental, dan menambah kesehatannya, karena pendekatan kepada Allah lebih ditingkatkan dengan kesadaran dan kemauan untuk lebih banyak memperoleh kesempatan untuk menentramkan batin.
b. Shalat tahajjud
Andaikan kita boleh membuat perumpamaan, shalat tahajjud yang diiringi doa dan permohonan kepada Allah bagaikan penderita dan konsultan yang sedang berada didalam ruang konsultasi kejiwaan.
Dengan sholat tahajjud gumpalan masalah yang bertumpuk, petaka benang kusut yang memusingkan kepala sedikit demi sedikit mulai terurai, maka perasaannya mulai lega, pandangan terhadap dunia dan kehidupannya mulai sedikit cerah dan secercah harapan mulai muncul dalam hatinya.
c. Shalat istikharah
Berapa banyak manusia yang kebingungan menghadapi berbagai pilihan dalam hidupnya. Agar pertimbangan itu mantap dan tidak disesali dikemudian hari, maka mohonlah petunjuk kepada Allah.
Shalat istikharah jika ditinjau dari segi kejiwaan, maka dapat dikatakan bahwa ia merupakan terapi bagi gangguan kejiwaan yang disebut konflik jiwa.
Sungguh banyak macam gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh konflik batin yang tidak teratasi, bahkan tidak jarang orang yang terserang berbagai penyakit psikosomatik seperti sesak nafas, sakit lambung dan lain-lain.
Maka shalat sitikharah berfungsi sebagai cara untuk mengatasi konlik jiwa dan menghindakan seseorang dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh konflik jiwa tersebut.
d. Shalat Hajat
Tiap orang mempunyai idaman hati, atau satu cita-cita yang diidamkan. Kita tidak cukup hanya bekerja dan berusaha dengan sungguh untuk mencapai cita-cita tersebut. Tetapi kita perlu memperkuat usaha dengan shalat hajat. Agar mental dan kejiwaan kita pun merasa tenang dan optimis, bahwa apa yang kita inginkan pasti dikabulkan oleh Allah Yang Maha Pengasih.

C. Hikmah Shalat bagi Kesehatan Mental
Kita tahu bahwa shalat memiliki banyak manfaat positif dan kekuatan yang tidak dimiliki ibadah lain dalam hal membuat kondisi kejiwaan seseorang menjadi lebih baik. Hal ini telah dibuktikan secara empiris melalu berbagai penelitian. Sebagai contoh, shalat ternyata dapat membantu mengatasi depresi, terutama bagi orang sakit. Para ilmuan berkesimpulan bahwa ketekunan dalam melaksanakan ibadah shalat dapat mengurangi kekhawatiran dan tinngkat depresi orang-orang yang terjangkit penyakit kanker paaru-paru. Setelah melakukan penelitian terhdapa 165 pasangan suami istri yang mengidap kanker paru-paru, peneliti menemukan suami istri yang rajin shalat dan ibadah yang linnyamemiliki tingkat depresi yang lebih rendahdibanding dengan pasangan yang tidak shalat.
Shalat memiliki pengaruh besar dan efektif dalam menyembuhkan mausia dari duka cita dan gelisah. Sikap berdiri pada waktu shalat di hadapan Allah dalam keadaan khusu’, berserah diri dan pengosongan diri dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat menimbulkanperasaan tenang dan damai dalam jiwa manusia serta dapat menghilangkan rasa sedih dan gelisah. Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan Hudzaifah, selalu shalat ketika menghadapi kesulitan. Hal ini menjadikan shalat memiliki pengaruh terapi dalam mengatasi stress.
Energy ruhani shalat dapat membantu membangkitkan harapan, menguatkan tekad, meninggikan cita-cita, dan juga melepaskan kemampuan yang luar biasa yang menjadikan seseorang lebih siap menerima ilmu, pengetahuan, himah, serta sanggup melaksanakan tugas-tigas kepahlawanan yang hebat.
Disamping itu, shalat juga memiliki pengaruh penting dalam menyembuhkan perasaan bersalah yang menimbulkan perasaan gelisah dan stress, yang dianggap biang keladi munculnya penyakit jiwa. Hal itu karena shalat dapat menghapus dosa dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran kesalahan serta mebangkitkan harapan meraih ampunan dan ridha Allah swt.
Manfaat lain dari shalat adalah untuk memantapkan jiwa dan keinginan dengan bersandar dan menyerahkan diri dan segala sesuatunya hanya kepada Allah swt bukan kepada yang lainnya.
Sholat juga melatih diri untuk mencintai aturan, mematuhi keteraturan dalam pekerjaan dan kehidupan, karena shalat dikerjakan pada waktu-waktu yang teratur. Dengan mengerjakan sholat seseorang akan belajar bagaimana bersaudara, bersikap, bersabar, santun, tenang dan mebiasakan diri memfungsikan pikiran untuk hal-hal yang bermanfaat. Hal ini dikarenakan seseorang akan focus terhadap makna ayat-ayat Al-Qur’an dan menghayati makna shalat dalam shalat.
Shalat merupakan sumber cahaya yang melahirkan aktivitas. Dengan shalat, seseorang berusaha untuk menambah aktivitasnya yang terbatas, karena semua kekuatan menjadi tidak berarti dibandingkan dengan kekuatan yang dihasilkan dari shalat. Tidak ada seorang pun yang memohon pertologan kepada Allah Swt dengan khusu’ kecuali kekhusu’-an itu akan membuahkan hasil yang lebih baik utuk dirinya.



DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1996. Shalat Menjadikan Hidup Lebih Bermakna. Jakarta: Ruhama.
Hawari, Dadang. 1996. Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jogjakarta: Dana Bhakti Prima Yasa
Hidayati, Henny Narendrani dan Andri Y. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: Uin Press.
Jaya,Yahya. 1994. Spiritualisasi Islam. Jakarta: Ruhama.
Musbikin, Imam. 2008. Melogikakan Rukun Islam. Jogjakarta: Diva Press.

One Response so far.

  1. Mastah says:

    Banyak sekali manfaat baik yang didapat dari Sholat