AMTSALUL QUR’AN

BAB II
AMTSALUL QUR’AN
Di antara para ulama ada sejumlah orang yang menulis sebuah kitab yang secara khusus membahas perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur'an, dan ada pula yang membuat satu bab mengenainya dalam salah satu kitab-kitabnya. Kelompok pertama misalnya, Abul Hasan alMawardi. Sedang kelompok kedua adalah as-Sayuti dalam alitqon dan Ibnul Qayyim dalam A’lamul-Muwaqqi’in.
Bila kita mneliti amsal dalam al-Qur'an yang mengandung penyerupaan (tasybih) sesuatu dengan hal serupa lainnya dan penyamaan antara keduanya dalam hukum, maka amsal demikian mencapai jumlah lebih dari empat puluh buah.
Allah mengemukakan dalam kitab-Nya yang mulia bahwa ia membuat sejumlah amsal.
                ••   
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu dibuatnya untuk manusia supaya mereka berfikir.” (al-hasyr (59):21)
   ••      
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (al-ankabut :43)
  ••         
“Dan sungguh Kami telah membuat bagi manusia di dalam al-Qur'an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran.”(az-Zumar:27).
Dari Ali diriwayatkan, Rasulullah Saw berkata:
“sesungguhnya Allah menurunkan al-Qur'an sebagai perintah dan larangan, tradisi yang telah lalu dan perumpamaan yang dibuat.”
A. Definisi Amtsalul Qur’an
Dilihat dari segi bahasa, kata amtsal merupakan bentuk jamak dari matsal, mitsl dan matsil yang berarti sama dengan syabah, syibh, dan syabih, (semakna).
Matsal dimaknakan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian.
Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, yaitu :
1. Menurut ulama ahli 'Adab, amtsal adalah upacara yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2. Menurut ulama ahli Bayan, amtsal adalah ungkapan majaz yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu-ilmu balaghoh disebut tasyabih.
3. Menurut ulama ahli tafsir adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih maupun majaz mursal.
Sedangkan menurut ulama ulumul qur’an, dari segi istilah kata matsal/amtsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh mandalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).
Ibnu Qayyim, mendefinisikan amsal Qur’an dengan “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatka sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkrit, mahsus).
B. Rukun Amtsal (Tasybih)
Rukun amtsal ada empat, yaitu:
Sebagian ulama mengatakan, bahwa amtsal memiliki empat rukun, yaitu:
1) Wajhu Syabah/ segi perumpamaan
2) Adaatu Tasybih/ alat yang dipergunakan untuk tasybih.
3) Mussyabbah/ yang diserumpamakan.
4) Musyabbah Bih/ sesuatu yang dijadikan perumpamaannya.
Sebagai contoh, firman Allah SWT (QS. 2: 261)
•                          
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Wajhu Syabah yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang berlipat-lipat. Tasybihnya adalah kata matsal. Musyabahnya adalah infaq atau shodaqoh dijalan Allah. Sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.
C. Macam-Macam Amtsal Dalam al Qur’an
1) Al-Amtsal Al-Musharrahah
Yaitu matsal yang didalamnya dijelaskan dengan lafaz matsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Hal seperti ini banyak dalam al Qur’an. Contohnya adalah:
firman Allah mengenai orang-orang munafik:
                                                      •                    
Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
2) Al-Amtsal Al-Kaminah
Yaitu matsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamtsil (permisalan), tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengarih tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Misalnya firman Allah mengenaisapi betina:
            •             
Artinya: Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".(QS. Al-Baqarah: 68)
Firman-Nya tentang nafkah:
           
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS. Al-Furqan: 67)
3) Al-Amtsal Al-Mursalah
Yaitu kalimat-kalimat bebas yang tdak menggunakan lafaz tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat tersebut berlaku sebagai tasybih. Contohnya seperti firman Allah :
    •      •                     
Raja Berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" mereka berkata: "Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya". Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, Akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." (QS. Yusuf: 51)
                          •       
Artinya: Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka Karena Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". (QS. Hud: 81)
Tetapi khusus mengenai amtsal mursalah, para ulama berbeda pendapat dalam menganggapinya.
1. Sebagian ulama menganggap amtsal mursalah telah keluar dari etika al-Qur'an. Menurut Ar-Razi ada sebagaian orang-orang menjadikan ayat lakum dinukum wa liyadin sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah Allah. Ar-Razi lebih lanjut mengatakan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan perumpamaan, tetapi untuk diteliti, direnungkan dan kemudian diamalkan.
2. Sebagian ulama lain beranggapan bahwa mempergunakan amtsal mursalah itu boleh saja karena amtsal, termasuk amtsal mursalah lebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa manusia. Seseorang boleh saja menggunakan amtsal dalam suasana tertentu.
D. Hikmah Amtsalul Qur’an
 Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit yang dapat dirasakan atau difahami oleh indra manusia.
 Menyingkapkan hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi seakan-akan nampak.
 Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat.
Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh seperti apa yang digambarkan dalam mastal, jika yang dicontohkan adalah amalan yang baik.
 Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu yang konkret-material yang dapat di indera manusia.
 Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal yang gaib melalui paparan yang nyata.
 Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana terlihat dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah.
 Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan bersemangat.
 Menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi.
 Memberikan pujian kepada pelaku.
 Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yang menarik dalam al-Qur'an.
 Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati lebih mantap dalam menyampaikan nasehat dan lebih kuat pengaruhnya.
 Menghindarikan dari perbuatan tercela.Allah banyak menyebut amtsal dalam al-Qur'an untuk pengajaran dan peringatan.
 Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zumar : 27:
   ••      
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.
E. Membuat Masal dengan al-Qur’an.
Telah menjadi tradisi para sastrawan, ditempat-tempat yang kondisinya serupa atau sesuatu dengan isi amsal tersebut. Jika hal demikian dibenarkan dalam ucapan-ucapan manusia yang telah berlaku sebagai masal, maka para ulama tidak menyukai penggunaan ayat-ayat al-Qur’an sebagai masal, mereka tidak perlu bahwa orang membacakan sesuatu ayat amsal dalam kitabullah ketika ia menghadapi suatu urusan duniawi, hal ini demi menjaga keagungan Qur’an dan kedudukannya dalam jiwa-jiwa orang mukmin.
Abu ‘Ubaid berkata, “demikianlah, seorang yang ingin bertemu dengan sahabatnya atau ada kepentingan dengannya, tiba-tiba sahabat itu datang tanpa diminta, maka ia berkata kepadanya secara humor, ‘kamu datang menurut waktu yang telah ditetapkan wahai Musa’ (Ta Ha; 40), perbuatan demikian merupakan penghinaan terhadap al-Qur’an”.
Ibnu Syihab az-Zuhri berkata, “janganlah kamu menyerupakan (sesuatu) dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah”. Maksudnya ialah kata Abu Ubaid, janganlah kamu menjadikan bagi keduanya sesuatu perumpamaan, baik berupa ucapan maupun perbuatan.




BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang telah diuraikan di bab sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat tentang perumpamaan atau yang dalam ulumul Qur’an disebut dengan Amsal al-Qur’an. terdapat perbedaan pendapat mengenai hal tersebut mulai dari ulama ahli adab, ahli bayan dan ahli tafsir serta ulama ulumul Qur’an, namun yang menurut penulis lebih cocok dengan pengertian tersebut adalah menurut ulama ulumul Qur’an, yaitu bahwa amsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh mandalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas (lepas, bukan tasybih).
Amsal juga mempunyai rukun-rukun atau unsure-unsur, antara lain Wajhu Syabah/ segi perumpamaan, Adaatu Tasybih/ alat yang dipergunakan untuk tasybih, Mussyabbah/ yang diserumpamakan, dan Musyabbah Bih/ sesuatu yang dijadikan perumpamaannya. Adapun macam-macam amsal terdiri dari tiga bagian yaitu, amsal musarrahah, amsal kaaminah, dan amsal mursalah yang masing-masing mempunyai perbedaan diri sendiri.
Adapun membuat masal ataupun perumpamaan al-Qur’an dengan digunakan dengan percakapan sehari-hari itu tidak diperbolehkan, karena tujuan al-Qur’an turun bukan hanya untuk masalah amsal, melainkan al-Qur’an untuk direnunsi dan difikirkan secara mendalam serta diamalkan dalam kehidupan keseharian umat Islam.

Wallahu a’lam bish-shawwab.



DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuti. Al-Itqon fi Ulum al-Qur’an.
Hasbi Ash-SHidieqy, TM. Ilmu-ilmu al-qur’an. Jakarta: Midas Surya Grafindo. 1972
http://luthfi-damanhuri.blogspot.com/2009/05/amsal-aqsam-jadal-dalam-al-quran.html, diakses tanggal 17 oktober 2009.
Khalil al-Qattan, Mana’. studi ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: litera antar Nusa. 2007
Maulana, Rizka. Amtsal al-Qur’an (dalam bentuk pdf).