BAB I
PENDAHULUAN
Kadang-kadang banyak peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata belaka. Maka perlu didramatisasikan, atau siswa dipartisipasikan untuk berperanan dalam peristiwa sosial itu. Dalam hal ini perlu menggunakan metode sosiodrama yaitu siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Guru menggunakan metode sosiodrama ini dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain. kita mengetahui sering terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antar kita, dapat disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.
Dalam metode sosiodrama siswa dalam situasi peranan yang dimainkannya harus bisa berpendapat, memberiakn argumantasi, dan harus bisa mencari jalan keluar jika terjadi banyak perbedaan pendapat. Maka hal-hal yang menyangkut kesejahteraan bersama perlu ada musyawarah dan mufakat agar dapat mengambil keputusan bersama. Maka siswa dengan bermain peranan, harus dapat melakukan perundingan untuk memecahkan bersama masalah yang dihadapi dan akhirnya mencapai keputusan bersama.
Metode Sosiodrama
A. Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama terdiri dari dua suku kata “sosio” yang artinya masyarakat, dan “drama” yang artinya keadaan seseorang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya. Metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sosial.
Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memainkan peran tingkah laku di dalam hubungan sosial. Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif dalam menyajikan pelajaran akhlak, sejarah islam, dan topik-topik lainya. Sebab siswa disamping mengetahui proses jalannya kisah sejarah serta akhlak, juga dapat menghayati ajaran dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut. Metode ini sebagai prinsip dasarnya terdapat dalam al-Qur’an, dimana terjadinya suatu drama yang sangat mengesankan antara Qabil dan Habil. Firman Allah SWT:
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”
(QS. Al-Maidah: 27-31)
Metode sosiodrama dapat digunakan apabila:
1. Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang.
2. Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakwanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan.
3. Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan.
4. Apabila dimaksudkan mendapatkan keterampilan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah terjun dalam masyarakat kelak.
5. Dapat menghilangkan rasa tidak percaya diri. Di mana bagi siswa yang tadinya mempunyai rasa kurang percaya diri dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannnya.
6. Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yang berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya.
Langkah-langkah dan Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Sosiodrama.
Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama:
1. Menentukan secara pasti situasi masalah.
2. Menentukan pelaku dan pemeran.
3. Permainan sosiodrama atau peragaan situasi.
4. Menghentikan peragaaan setelah mencapai klimaks.
5. Menganalisa dan membahas permainan peran.
6. Mengadakan evaluasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama:
1. Masalah yang dijadikan tema-tema hendaknya dialami oleh sebagian besar siswa.
2. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri sendiri.
3. Jangan terlalu banyak menyutradai, biarkan murid mengembangkan kreatifitas dan spontanitas mereka.
4. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan terhadap baik atau buruknya lakon seorang murid.
5. Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh guru.
6. Sosoidrama bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan peranan situasi sosial yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
Adapun saran-saran yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan metode ini yaitu:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui metode ini, dan tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan.
2. Menjelaskan latar belakang cerita sosiodrama.
3. Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan sosiodrama.
4. Menetapkan siapa-siapa di antara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton.
5. Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai tiitk klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama.
6. Sebaiknya diadakan latihan-latihan secara matang, kemudian diadakan uji coba terlebih dahulu, sebelum sosiodrama dipentaskan dalam bentuk yang sebenarnya.
B. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode Sosoidrama
Kelebihan metode Sosiodrama:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
Kekurangan metode sosoidrama:
1. Situasi sosial yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, tetap hanya merupakan situasi yang memiliki kekurangan kualitas emosional dengan situasi sosial yang sebenarnya.
2. Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak cemerlang untuk memecahkan sebuah masalah.
3. Perbedaan adat-istiadat, kebiasaan dan kehidupan didalam masyarakat akan mempersulit pengaplikasian metode ini.
4. Kadang-kadang anak-anak tidak mau memainkan suatu adegan karena kurangnya rasa percaya diri.
5. Metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang.
6. Anak-anak yang tidak mendapatkan giliran akan menjadi pasif.
7. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
8. Apabila pelaksanaan sosiodrama mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
9. Tidak semua mata pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
10. Pada mata pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan melalui metode sosiodrama.
C. Tujuan sosiodrama
Tujuan sosiodrama antara lain sebagai berikut:
1. Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menghilangkan perasaan kurang percaya diri dan rendah diri yang tidak pada tempatnya.
3. Mendidik dan mengembangkan kemampuan dan untuk mengemukakan pendapat didepan teman sendiri atau orang lain.
4. Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
Metode drama wajar digunakan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang mengandung sifat-sifat sebagai berikut:
1. Memahami perasaan orang lain
2. Membagi pertanggungan jawab dan memikulnya
3. Menghargai pendapat orang lain
4. Mengambil keputusan dalam kelompok
5. Memperbaiki hubungan sosial
6. Mengenali nilai-nilai dan sikap-sikap
7. Menanggulangi atau memperbaiki sikap-sikap salah.
D. Bentuk-bentuk Dramatisasi
Terdapat beberapa bentuk dramatisasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran di antaranya:
1. Permainan bebas
Pendidik hanya mengemukakan cerita dan memberikan sedikit saja pengarahan, kemudian peserta didik melakukan sesuai dengan apa yang dapat diserapnya menurut fantasi dan imajinasinya sendiri.
2. Melakonkan suatu cerita
Melakonkan suatu cerita atau mempertunjukkan suatu tingkah laku tertentu yang disimak dari suatu cerita. Caranya dapat bermacam-macam. Cerita itu dibacakan keras-keras baik oleh pendidik maupun oleh salah seorang peserta didik dan kemudian peserta didik mencoba menirukan tingkah laku atau perbuatan yang diceritakan itu melalui pantomim. Pendidik mungkin terlebih dahulu mendiskusikan tingkah-tingkah yang sekiranya dapat dilakonkan dan peserta didik berfantassi atau membayangkan betapa tingkah-tingkah yang dibicarakan itu dapat dinyatakan dalam bentuk dramatisasi.
3. Sandiwara boneka dan wayang
Peserta didik juga dapat bebas memainkan boneka atau wayang yang dibawa mereka atau yang telah disediakan oleh sekolah. Ide-ide cerita dapat dirangsang melalui berbagai media seperti : cerita pendidik, cerita dari buku, radio, televisi, maupun film.
Daftar Pustaka
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press Cet. Ke-1
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN Di Jakarta. 1985. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset
N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. 1995. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Metode Sosiodrama
Posted by The Callasandra of Hanafiah on 03.06
mkcie informasinya...
mampir yea...ke blog saya
http://nhae2.blogspot.com
asslmkum
terima kasih infonya ya, insya Alloh sy sedang merancang penelitian dg metode sosiodrama.
terima kasih atas referensinya
-putri-