USMANI MUDA DAN TURKI MUDA

PENDAHULUAN
Pembaharuan yang dilakukan dalam tanzimat belum dapat meraih hasil seperti yang di harapkan. Lebih jauh malah mendapatkan kritikan-kritikan dari luar kaum cendikiawan. Kegagalan oleh tanzimat dalam mengganti konstitusi yang absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan yang absout maka timbullah usaha atau gerakan dari kaum cendikiawan dalam melanjutkan usaha-usaha tanzimat.
Sementara itu, menurut L. Stoddard yang dikutip Badriyatim kemudian dikutip kembali oleh Dr. H. A. Fattah Wibisono, M.A dalam bukunya Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, Eropa dalam abad ke Sembilan belas sudah jauh maju meninggalkan Dunia Islam. Eropa sudah dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan yang membuka rahasia alam. Satu demi satu negri Islam yang sedang rapuh itu jatuh ke tangan Barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-kerajaan besar Eropa telah membagi bagi Dunia islam. Inggris merebut india dan Mesir. Rusia menyebrangi Kaukasus dan menguasai Asia Tenggara. Prancis menguasai Afrika Utara, dan bangsa-bangsa Eropa.











USMANI MUDA DAN TURKI MUDA
A. USMANI MUDA
Golongan intelegensia Kerajaan Usmani yang banyak menentang kekuasaan absolut sultan di kenal dengan nama usmani muda (yeni usmanlilar-Young Ottoman). Pemikiran-pemikiran yang diajukan pemuka-pemuka usmani muda-lah yang mempengaruhi pembaharuan yang diadakan sesudah zaman Tanzimat.
Usmani muda pada asalnya merupakan perkumpulan rahasia yang didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan konstitusional.
Menurut Niyyazi Berkes, seorang guru besar Islamic Studies di McGill University, Canada yang kami kutip dari Dr. H. A. Fattah Wibisono, M.A dalam bukunya Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, bahwa gerakan usmani muda atau ittipaki-Humavat mula-mula muncul tahuk 1865. Mereka bertujuan untuk mengadakan perlawanan secara rahasia terhadap kekuasaan absolut sultan. Terutama sekali atas pemberlakuan pemerinatahan absolut menjadi pemerintahan konstitusional. Para tokoh Usmani Muda banyak yang melakukan gerakan rahasia dalam menentang kekuasaan absolut sultan. Namun akhirnya sikap politik mereka diketahui oleh sultan. Akhirnya mereka banyak yang lari ke Eropa dan disanalah mereka menyusun kekuatan. Di Eropa mereka kemudian mendapat sebutan Usmani Muda. Setelah situasi Turki aman kembali, mereka pun banyak yang pulang ke tanah air untuk melakukan pembaharuan, sebuah cita-cita yang sempat tersendat.
Gagasan pemikiran yang dikembangkan Usmani Muda ini banyak memiliki pengaruh terhadap pembaharuan yang dilakukan di turki pasca periode Tanzimat. Pergaulan tokoh-tokoh Usmani Muda dengan pemikir-pemikir dari Perancis dan Inggris yang cukup liberal sedikit banyak membawa pengaruh bagi gerakan Usmani Muda ini. Maka beberapa pembaharuan mereka pun cukup bersifat liberal. Untuk melancarkan usaha pembaharuannya ini, kalangan Usmani Muda memanfaatkan media masa sebagai saluran penyebarannya. Antara lain surat kabar Tasvir-i-Efkar (gambaran pemikiran) yang didirikan Ibrahim Sinasi Effendi. Ketika Ibrahim lari ke luar negri karena tekanan dari sultan, surat kabar ini dipimpin oleh Namik Kemal, salah satu tokoh Usmani Muda yang lain.
Setelah mengalami perjuangan yang berat dengan pemuka-pemuka kerajaan, maka pada tanggal 23 Desember 1876 tercapaiah persetujuan tentang konstitusi sebagai Undang-Undang dasar yang baru bagi Turki, akan tetapi isinya masih otokrasi sehingga masih belum sesuai dengan apa yang diarapkan. Dan akhirnya Undang-Undang yang baru bagi Turki itu dilanggar juga oleh Sultan Abdul Hamid II II yakni dengan membubarkan parlemen dan para pemuka-pemukanya ditangkap dengan demikian maka berakhirlah riwayat perjuangan Usmani Muda.
Beberapa tokoh dan para pembaharu dalam gerakan Usmani Muda antara lain sebagai berikut:
1. Ziya Pasha
Zia lahir pada tahun 1825 di Istanbul dan meninggal pada tahun 1880. Ia anak seorang pegawai Kantor Bea Cukai Istanbul. Setelah menyelesaikan pelajaran pada sekolah Sulaymaniye, yang didirikan Sultan Mahmud II ini diangkat menjadi pegawai pemerintah selagi masih berusia muda. Atas usaha Mustafa Rasyid Pasha. Pada tahun 1854 ia diterima menjadi salah satu sekrtaris sultan. Namun permusuhannya dengan Ali Pasha membuat ia terpaksa pergi ke Eropa di tahun 1867 dan tinggal disana selama lima tahun.
Usaha-usaha pembaharuannya antara lain bahwa kerajaan Usmani menurut pendapatnya harus dibangun dengan system pemerinatahan konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut. Menurutnya Negara Eropa maju disebabkan tidak adanya lagi pemerinatahan yang absolut, semuanya dengan system pemerintahan konstitusional. Dalam system kontitusional, harus ada Dewan Perwakilan Rakyat. Alasan perlua adanya DPR ini adalah agar perbedaan pendapat dapat ditampung dan kritik terhadap pemerintah diperlukan untuk kepentingan pemerintah dan rakyat. DPR-lah yang nantinya memperjuangkan perbedaan pendapat diakalangan umat Islam. Sebagai orang yang taat menjalankan agama Islam, Ziya sebenarnya tidak sepenuhnya setuju terhadap pembaharuan yang hanya mencomot ide-ide barat tanpa sikap kritis. Menurutnya, umat Islam harus tetap mengkritisi setiap kebudayaan barat dan nilai-nilai kemajuan yang dibawanya. Itulah sebabnya ia lebih menilik kepada keseuaian antara kepentingan rakyat dengan ide pembaharuan yang datangnya dari barat. Dalam hal demikian, ia juga tidak sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa agama Islam dapat dianggap sebagai penghalang kemajuan.
2. Midhat Pasya
Nama lengkapnya Hafidz Ahmad Syafiq Midat Pasya. Ia lahir pada tahun 1822 M di Istambul Turki dan wafat pada tahun 1884 M. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun ia telah hafiz al-Qur'an. Oleh karena itu ia digelari al-Hafidz. Pendidikannya yang tertinggi adalah pada Universitas al-Fatih.
Kemudian dalam usia belasan tahun ia menjadi pegawai di Biro Perdana Mentri. Di tahun 1858 ia diberi cuti untuk berkunjung selama enam bulan ke Eropa. Kemudian ia diangkat beberapa kali sebagai Gubernur di berbagai daerah. Dalam jabatan ini ia menunjukkan kecakapan luar biasa. Di tahun 1872 ia diangkat oleh Sultan Abdul Aziz menjadi perdana mentri. Tetapi karena selalu mengalami bentrokan dengan kekuasaan absolut sultan, ia diberhentikan beberapa bulan kemudian.
Sebagai tokoh gerakan Usmani Muda, oleh sahabat seperjuangannya ia dipercayakan memegang pemerintahan dan sekaligus memperjuangkan cita-cita gerakan ittu. Maka ia, selain menjadi Gubernur di Balkan dan Baghdad, pada Tahun 1872 berhasil menjadi menteri Kehakiman dan kemudian menjadi Perdana Mentri.
Midhat Pasha adalah Mentri Kehakiman dalam Kabinet Muhammad Rusydie Pasha pada masa Kekhalifahan Abdul Aziz. Dia pernah membujuk Khalifah Abdul Aziz untuk menyusun suatu rancangan konstitusi berdasarkan system demokrasi barat. Dia pernah menulis surat pada khalifah dan mendorongnya memperbaiki status quo dengan menetapkan suatu konstitusi baru.
Sultan Abdul Aziz menemui Midhat Pasha sebagaimana mestinya dan menerima suratnya tersebut. Setelah membaca surat tersebut, Abdul Aziz sangat murka. Ia memerintahkan untuk segera memecat Midhat Pasha dari pemerintahan dan mengasingkannya sebagai wali (gubernur) di Salonika. Namun demikian, ia tidak tinggal lama disana dan segera kembali ke Istanbul. Ia bersekongkol dengan Husni Awni Pasha _Mentri Kepolisian Negara_untuk memberhentikan Sultan Abdul Aziz dari kursi kekuasaan. Akhirnya, pada malam tanggal 30 Mei 1876 Sultan Abdul Aziz di berhentikan dengan tanda pembacaan fatwa pemberhentian dari Syaikhul Islam. Pada malam itu juga Murad V diangkat sebagai Khalifah.
Setelah diangkat menjadi perdana mentri pada masa Sultan Abdul Hamid II, Midhat Pasha mengumumkan berlakunya sebuah Undang-Undang yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan unsur agama atau apapun. Karena menurutnya, segala perbaikan yang dilakukan oleh Daulah Usmaniyyah harus berdasarkan atas hukum demokrasi. Untuk itu perlu dibentuk Undang-Undang dan Majelis Perwakilan Rakyat yang mewakili semua unsur masyarakat. Dengan demikian, rakyatlah yang menentukan suatu hukum, bukan sultan maupun penguasa. Dan setiap penguasa harus bertanggungjawab didepan majelis. Inilah yang dimaksudkan dalam Islam sebagai prinsip syura, yang oleh Barat disebut sebagai parlemen. Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1876 lairlah sebuah konstitusi yang bertujuan untuk membatasi kekuasaan sultan.
Konstitusi Turki Usmaniyah yang pertama ini mengambil model konstitusi Perancis dan Belgia mengatur system kerajaan konstitusional yang terdiri dari dua parlemen, yaitu Balai Tinggi dan Balai Rendah. Namun pada prkateknya, banyak kendala yang menyertainya. Sultan Abdul Hamid II tampaknya hanya mau mereformasi bidang militer pada bidang politik. Beberapa pasalnya bahkan membuat kekuasaan sultan semain kuat. Ia menolak dibatasi kekuasaannya, bahkan menghidupkan kembali sebutan Khalifah untuknya, dan menuntut dukungan kaum muslim untuk menghalau pemberontak nasionalis Kristen yang muncul diwilayah Balkan. Dan akhirnya sultan ini pun menindak dan menangkap tokoh-tokoh reformasi, tidak terkecuali Midhat Pasha.
Dibidang pertahanan, Midhat melihat bahwa Usmaniyah adalah salah satu tanah tersubur didunia. Akan tetapi kenyataannya sangat kontradiktif dengan rakyatnya yang tetap miskin. Menurut Midhat, penerapan pajak yang memberatkan dan kerakusan Negara-negara Eropa yang selalu menghalangi kemajuan Turki Usmani adalah salah satu penyebabnya. Dikepalanya, Midhat memiliki banyak pemikiran yang berupaya untuk memulihkan kondisi ini. Sayangnya beberapa pihak menentang upaya dan cita-citanya ini. Sultan yang merasa posisinya terancam para ulama yang menganggap bahwa pembaharuan adalah hal yang bertentangan dengan agama, juga Negara asing yang terncam kepentingannya di Turki Usmani. Ahirnya Midhat Pasha seorang pribadi yang didalamnya bersatu jiwa ketaqwaan dan kemoderenan pun harus disingkirkan, dibuang dan dibunuh di tempat pembuangannya pada tahun 1884 M.
3. Namik Kemal
Namik Kemal lahir di Rhodosto pada 21 Desember 1840 dan meninggal pada 2 Desember 1888 di Mytilene. Ia adalah serang penyair utama Turki, tokoh utama Turki modern, pecipta bahasa modern sejarah satra Turki. Disamping itu, ia juga adalah seorang jurnalis sebuah suarat kabar berbahasa Turki “Taswir Efkar”. Taswir bertujuan untuk melakukan pencerahan di bidang poitik, kesusastraan dan ilmu pengetahuan bangsa Turki.
Keterlibatannya dalam gerakan politik berawal ketika ia bergabung dengan komite Usmani Muda yang didirikan oleh Ziya Pasha. Dan ketika para petinggi kelompok muda ini dibayang-bayangi penangkapan oleh pihak pemerintah, ia bersama Ziya, Nuri, Rif’at, dan Ali Su’awi meninggalkan Turki dan pergi bersama ke London guna meneruskan perjuangan. Di London ia menerbitkan surat kabar Mukhbir yang kemudian diganti dengan nama Hurriyet ketika basis perjuangan mereka berpindah ke Perancis.
Dimata pemerintah, ia termasuk orang yang kurang disukai, teruatam ketika ia mempergelarkan lakon panggung Watha yang menimbulkan kerusuhan. Akhirnya ia dikucilkan di Famagusta, Cyprus. Ketika sultan Murad berkuasa, ia dibebaskan tetapi gerak geriknya kembali di awasi oleh Sultan Abdul Hamid II II ketika ia naik tahta setelah sultan Murad yang berkuasa hanya 93 hari. Bersama Midhat Pasha dan Ziya Pasha, ia menyiapkan Undang-Undang dan proses liberalisasi. Ia sendiri sebenarnya amat menyadari beberapa kesulitan yang akan menghadangnya dikemudian hari. Tetapi ia juga yakin bahwa ia akan bebrhasil.
Kritik Namik Kemal terhadap pembaharu Turki pada periode tanzimat adalah adopsi mereka secara besar-besaran terhadap pembaharuan yang ada didunia Barat, sehingga menjurus ke sekulerisasi yang belum tentu sejalan dengan ajaran Islam dan kebutuhan masyarakat Turki. Padahal menurut Namik bahwa landasan yang semestinya dalam pembaharuan kelembagaan dapat ditemukan dalam berbagai ajaran Islam. Ia berkeyakinan bahwa Islam dapat disejajarkan dengan peradaban modern. Syari’at Islam mamapu membenahi bentuk pemerintahan dan menghadapi gempuran dunia barat.
Adapun sebab-sebab yang membawa kemunduran kerajaan Usmani, menurutnya terletak pada keadaan ekonomi dan politik yang tidak beres. Jalan pertama yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan politik ialah perubahan system pemerintahan abosolut menjadi pemerintahan konstitusional.
B. TURKI MUDA
Gerakan turki muda merupakan kelanjutan pembaharuan yang dilakukan serangkaian para tokoh pembaharu sebelumnya. Cara Sultan Abdul Hamid II memerintah di Turki kian hari makin otoriter dan absolut. Demokratisasi hanya merupakan sembonyan dan slogan belaka. Namun dalam prakteknya, sikap demokrasi sama sekali tidak ada. Rakyat tidak mempunyai kebebasan berpendapat. Kritik dan kecemasan atas kekuasaan sultan yang demikian besar tidak saja datang dan kalangan umum tapi juga kaum intelegensia dan kalangan akademik. Mereka melihat tindakn-tindakan penguasa sudah banyak yang menyimpang dan perUndang-Undangan dan jauh dari memperjuangkan kepentingan rakyat.
Menurut Harun Nasution, dalam suasana demikian timbullah berbagai gerakan oposisi terhadap pemerintah absolut Sultan Abdul Hamid II, sebagaimana halnya dimasa lampau dengan Sultan Abdul Aziz oposisi dikalangan pergururan tinggi mengambil bentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia. Dikalangan para intelektual para pemimpinnya lari ke luar negeri dan dari sana melanjutkan oposisi mereka. Sedangkan dikalangan militer menjelma dalam bentuk komite-komite rahasia. Oposisi dan berbagai kelompok inilah yang kemudian dikenalkan dengan nama Turki Usmani.
Namun begitu, perlu diingat bahwa sejak pertama para pendukung gerakan Turki Muda ini telah terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok liberal yang menginginkan desentralisasi dan pemberian beberapa hak khusus bagi kelompok minoritas. Kedua adalah kelompok nasionalis, yang menginginkan dominan bangsa Turki dan kekuasaan yang terpusat. Kelompok kedua inilah yang menggunakan CPU (Comitee on Union and Progress) sebagai alat secara terbuka untuk memperoleh kekuasaan.
Dalam perjalanan selanjutnya, kelompok Turki Muda dikenal sebagai kelompok pembaharu pertama yang merencanakan industrialisasi. Hal itu kemudian dilegalformalkan dalm Undang-Undang tentang industry pada tahun 1909 yang kemudian diperbaharu pada tahun 1915. Meskipun mereka hanya mendapatkan keberhasilan yang kecil dalam bidang industri, namun paling tidak Turki telah memiliki jaringan kerja bagi rencana pembangunan ekonomi masa mendatang. Disamping itu tentunya, pasti dalam pembaharuan bidang pendidikan. Terutama pendidikan tingkat dasar yang selama ini nyaris diabaikan
Adapun beberapa tokoh yang memainkan peran penting dalam pembaharuan pada masa Turki Muda antara lain, adalah:
1) Ahmad Riza (1859-1930)
Ahmad Riza adalah anak dari seorang bekas anggota parlemen bernama Injilid Ali. Dalam pendidikannya dia sekolah dipertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha mengubah nasib para petani yang malang. Dan studinya ini diteruskan ke Perancis. Sekembalinya dari Perancis ia bekerja di Kementrin Pertanian, tetapi ternyata hubungan kementrian dengan para petani yang miskin minim sekali, karena kementrian itu lebih banyak disibukkan dengan birokrasi. Kemudian dia pindah ke Kementrian Pendidikn namun disini juga ia disibukkan dengan birokrasi, kurang perhatian terhadap bidang pendidikan.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Ahmad Riza antara lain adalah ingin mengubah pemerintah yang absolut kepada pemerintah konstitusional. Karena menurutnya yang akan menyelamatkan kerajaan Usmani dari keruntuhan adalah bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan positif dan bukan dengan teologi atau metafisika. Adanya dan terlaksanamya program pendidikan yang baik akan berhajat pada pemerintahan yang kontitusional
2) Mehmed Murad (1853-1912)
Mehmed Murad berasal dari Kaukasus dan lari ke Istambul. Pada tahun 1873 yakni setelah gagalnya pemberontakan Syekh Syamil di daerah itu. Ia belajar di Rusia dan disanalah ia berjumpa dengan ide-ide barat, namun pemikiran Islam masih berpengaruh pada dirinya.
Ia berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya kerajaan Usmani dan bukan pula rakyatnya. Namun sebab kemunduran itu terletak pada Sultan yang memerintah secara absolut. Oleh karena itu menurutnya kekuasaan Sultan harus dibatasi. Dalam hal ini ia berpendapat bahwa musyawarah dalam Islam sama dengan konstitusional didunia barat. Ia mengusulkan didirikan satu badan pengawas yang tugasnya mengawasi jalannya Undang-Undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Disamping itu diadakan pula Dewan Syari’at Agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil Negara Islam di Afrika dan Asia yang ketuanya adalah Syekh Al- Islam kerajaan Usmani.
Mehmed Murad mempunyai paham Pan-Islamisme, karena ia melihat bahwa salah satu sebab bagi kelemahan kerajaan Usmani adalah renggangnya hubungan Istambul dengan daerah-daerah lainnya. Utamanya daerah yang ada di bawah kekuasaan Turki.
3) Pangeran Sahabuddin (1887-1949)
Pangeran Sahabuddin adalah keponakan Sultan Abdul Hamid II dari pihak ibunya, sedang dari pihak bapaknya adalah cucu dari Sultan Mahmud II, oleh karena itu ia keturunan raja. Namun ibu dan bapaknya lari ke Eropa menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid, maka dengan demikian kehidupan Sahabuddin lebih banyak diengaruhi oleh pemikiran barat.
Pemikiran Sahabuddin dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran sosiologi sehingga problema yang dihadapi oleh kerajaan Usmani ia tinjau dari segi sosiolagi.
Menurutnya yang pokok adalah perubahan social, bukan penggantian Sultan. Masyarakat Turki sebagaimana masyarakat timur lainnya mempunyai corak kolektif, dan masyarakat kolektif tidak mudah berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat kolektif orang tidak percaya diri sendiri, oleh karena itu mereka tidak dapat berdiri sendiri, mereka tergantung pada kelompoknya, baik kelompok itu berbentuk keluarga atau suku bangsa, atau pemerintah dsb. Sedangkan masyarakat maju adalah masyarakat yang tidak banyak tergantung kepada orang lain, tetapi sanggup berdiri sendiri dan berusaha sendiri untuk melakukan transformasi dalam berbagai aspek dan dimensi.
Menurut Sahabuddin selam masyarakat Turki masih kolektif, maka Sultan tetap akan mempunyai kekuasaan absolute. Karena itu, sebagai jalan untuk mengatasi kekuasaan absolut ini ia menganjurkan supaya diadakan desentralisasi dalam bidang pemerintahan. Disamping itu jalan yang ampuh untuk mengubah masyarakat yang kolektif adalah dengan memajukan sector pendidikan. Rakyat Turki harus dilatih dan dididik dapat berdiri sendiri untuk mengubah nasibnya. Sahabuddin juga mendirikan dan menerbitkan majalah sendiri yang diberi nama Terekki (kemajuan).
Sungguhpun ada perbedaan dan politik antara ketiga pemuka diatas beserta pengikutnya masing-masing, mereka sepekat untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid II, keputusan ini diambil setelah diadakannya dua kali konferensi di Eropa dan yang terakhir di Paris pada tahun 1970 M.
Akhirnya revolusi tidaklah dapat diletakkan lagi dan pada tanggal 23 Juli 1908 kekuasaan Sultan berakhir dan mulailah diberlakukan konstitusi baru.
Karena pembela-pembela kontitusi yang baru tidak banyak dan lemah, maka dalam perkembangan selanjutnya akhirnya pemerintah mengalami degenerasi kedalam satu bentuk militer dari pemimpin-pemimpin Turki Muda yang sama sekali tidak menerima kritikan-kritikan darri pihak lain, dan bahkan semua gerakan oposisi dibubarkan dan pemimpin-pemimpinnya dibuang.
Perjuangan Turki Muda tidak banyak berhasil, hanya berhasil dalam menggulingkan Sultan, namun tidak berhasil dalam mencapai tujuannya, kekuasaan mereka tidaklah teratur dengan rapi. Kekuasaan mereka menjadi berantakan.



DAFTAR PUSTAKA


Asmuni,M. Yusran. 2001. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nasution, Harun.1991. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Wibisono, A. Fattah. 2009. Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam. Jakarta: Rabbani Press.
Zallum, Abdul Qadim. 2007. Kaifa Hudimatil Khilafah (Malapetaka Runtuhnya Daulah Khilafah). Bogor: Al-Azhar Press, 2007.